Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Sial. Bokep indo viral Aku menurut saja. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki disandarkan di dinding. “Si Nina, yang tadi. Ah sialan. Masih menutupi diri dengan tabloid. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Ah sial. Badannya berbalik lalu melangkah. Bibirnya sedang tidak terlalu sensual. Napasnya tersengal. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Dari atas: Turun. Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Satu dua, satu dua. Sekarang sudah lebih lancar. Aku masih mematung. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Lalu asyik membuka tabloid. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, “Telepon aku ya..!”Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek sekenanya. Masih ada waktu bebas dua jam.
