“Pilihan yang bagus,” ucapku tersenyum. “Ini,” ucapku seraya menyodorkan gelas di tanganku. Playbokep Kurasa gerakan sofa saat ia duduk di sebelah kananku. Emosi dan nafsuku campur aduk. Akhirnya, dengan rasa nyeri di ujung, batang kemaluanku melesak. Mungkin aku sedang bermimpi, saat kudengar ia bersenandung seolah menidurkanku. Aku tertawa melihatnya. Kami berpagutan, sesekali saling menggigit. Saat aku bergerak hendak bergeser, jemarinya meraih lenganku. Rasa lemon bercampur aroma wewangiannya. Ia lalu meraih leherku, melingkarkan kedua betisnya di pinggangku. “Kamu akan menghilang besok pagi?” Kudengar ia tertawa lirih. Tapi pandangan matanya membuatku terpaku. Tak berapa lama kemudian, alunan instrumental Oriega mengalun. Secara otomatis, jemariku mulai meraba dan menjelajahi bagian terintim dari tubuhnya. “Buka bajumu,” ucapnya sambil tersenyum. Aku sudah tidak perjaka. Ia melepaskan tangannya. Batang kemaluanku melemas dengan sendirinya. Aku pasti membuatmu sakit.”
“Tak apa-apa juga. Kutolehkan kepalaku dan meraih bibirnya. Aku sudah tidak perjaka. Tapi tidak ada. Jemarinya bergerak sedikit lebih cepat, membuatku mengerutkan wajah, menahan nafsuku sendiri.
